Kitab “Imta’ Ulin-Nazhar”: Jejak Ulama Nusantara di Mekkah Abad ke-14
![]() |
Mengapa Kitab Ini Penting?
Kitab ini tidak hanya memuat biografi para ulama, tetapi juga mendokumentasikan silsilah keilmuan (sanad) serta jaringan guru-murid di Mekkah, menjadikannya sebagai referensi penting dalam studi sejarah Islam dan transmisi ilmu dari Hijaz ke berbagai belahan dunia, termasuk Nusantara.
Ulama Nusantara dalam Kitab “Imta’ Ulin-Nazhar”
Menariknya, dalam kitab ini terdapat 26 ulama asal Nusantara yang disebut secara eksplisit—dan kemungkinan lebih banyak lagi jika diteliti lebih lanjut. Berikut adalah daftar mereka sesuai urutan abjad aksara hijaiyah:
Juz I:
Ibrahim ibn Dawud al-Fathani al-Makki (1320–1413 H) – Patani, Thailand
Ahmad Marzuki ibn Ahmad Mirshad al-Batawi (1293–1353 H) – Batavia (Jakarta)
Baqir ibn Nur al-Jukjawi al-Makki (1306–1367 H) – Jogja
Bidhawi ibn Abdul Aziz al-Lasami (?-1390 H) – Lasem, Jawa Tengah
Jami’ ibn Abdul Rasyid al-Rifa’i al-Buqisi (1255–1361 H) – Bugis
Jamaluddin ibn Abdul Khaliq al-Fathani (1278–1355 H) – Patani, Thailand
Sulaiman ibn Muhammad Husain al-Falambani (1295–1376 H) – Palembang
Shalih ibn Muhammad ibn Abdillah al-Kalantani (1315–1379 H) – Kelantan, Malaysia
Shalih ibn Mujian al-Batawi al-Tanqarani (1297–1353 H) – Betawi-Tangerang
Abdul Rasyid ibn Aslam al-Buqisi (?-1356 H) – Bugis
Abdul Karim ibn Ahmad al-Khatib al-Minankabawi (1301–1357 H) – Minangkabau
Abdullah ibn Azhuri al-Falambani (1279–1357 H) – Palembang
Abdullah ibn Hasan Bella al-Andunisi al-Makki (1296–1357 H) – ?
Abdul Muhith ibn Ya’qub ibn Panji al-Surabawi (1311–1388 H) – Surabaya
Abdul Muhaimin al-Lasami (1313–1365 H) – Lasem, Jawa Tengah
Juz II:
Alawi ibn Thahir al-Haddad (Mufti Johor) (1301–1382 H)
Ali ibn Abdul Hamid Qudus al-Samarani (1310–1363 H) – Semarang
Muhsin ibn Muhammad ibn Hasan al-Surabawi (1316–1366 H) – Surabaya
Muhsin ibn Muhammad ibn Abdillah al-Sairani al-Bantani (1277–1359 H) – Serang, Banten
Muhammad Ahid ibn Idris al-Buquri al-Makki (1302–1372 H) – Bogor
Muhammad Mukhtar ibn Atharid al-Buquri al-Jawi (1287–1349 H) – Bogor
Muhammad Manshur ibn Abdul Hamid al-Falaki al-Batawi (1290–1387 H) – Batavia
Ma’shum ibn Ahmad ibn Abdul Karim al-Lasami al-Jawi (1290–1392 H) – Lasem
Manshur ibn Mujahid Basyaiban al-Surabawi (1302–1360 H) – Surabaya
Hasyim Asy’ari al-Jaumbanji al-Jawi (1282–1366 H) – Jombang
Wahyuddin ibn Abdul Ghani al-Falambani (1288–1360 H) – Palembang
Ulama Nusantara yang Tercatat Memiliki Karya Tulis
Dari puluhan nama tersebut, kitab ini hanya mencatat 7 ulama yang diketahui memiliki karya tulis ilmiah, di antaranya:
1. Ibrahim ibn Dawud al-Fathani
Nahj al-Burdah
al-Futuhat ar-Ramadhaniyyah
Tafsir al-‘Asyr al-Akhir minal-Qur’an
Syarh Riyadhus-Shalihin
2. Baqir ibn Nur al-Jukjawi
Tarajim ‘Ulama Jawah (biografi ulama Nusantara)
3. Shalih ibn Muhammad al-Kalantani
Nuzhum Tahdzib al-Manthiq
Risalah fin-Nahw
4. Shalih ibn Mujian al-Batawi
Adab al-‘Alim wal-Muta’allim
Adab al-Qadhi
Risalah fil-Ankihah
Risalah fil-Falak
5. Alawi ibn Thahir al-Haddad
Iqamah ad-Dalil
as-Sirah an-Nabawiyyah as-Syarifah
Majmu’ fi ‘Ilm al-Falak
I’anah an-Nahidh fi ‘Ilm al-Faraidh
6. Muhammad Mukhtar al-Buquri
Hasyiah ‘ala ‘Umdah al-Abrar
Ta’liqat ‘ala Jami’ at-Tirmidzi
Ta’liqat ‘ala Nuzhum al-Qawaid al-Fiqhiyyah
7. Muhammad Manshur al-Falaki al-Batawi
Sullam al-Nairain
Risalah fi Shalah al-Kusyuf wal-Khusuf
al-Lu’lu’ al-Manzhum
I’rab al-Ajurumiyyah
Mengapa K.H. Hasyim Asy’ari Tidak Dicantumkan Karyanya?
Meski disebut dalam kitab, KH. Hasyim Asy’ari tidak tercatat memiliki karya dalam bibliografi tersebut. Padahal, beliau dikenal sangat produktif. Karya-karya beliau telah disunting oleh cucunya, KH. Isham Hadziq, antara lain:
Adabul-‘Alim wal-Muta’allim
Risalah Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah
an-Nurul-Mubin
Ziyadat at-Ta’liqat
at-Tanbihat al-Wajibat
Tantangan & Harapan: Menelusuri Naskah Klasik Ulama Nusantara
Masih banyak manuskrip ulama Nusantara yang tersebar di berbagai perpustakaan di Mekkah dan Madinah. Sebagian besar belum terdata atau diteliti secara serius.
Inilah tantangan besar bagi generasi santri, akademisi, dan filolog muda Nusantara untuk menelusuri kembali warisan keilmuan Islam dari tanah air, yang pernah harum di Tanah Suci.
“Jejak ulama Nusantara di Mekkah adalah bukti kuat bahwa Indonesia bukan sekadar konsumen ilmu, melainkan juga produsen dan penjaga warisan keislaman dunia.” – A. Ginanjar Sya’ban
Posting Komentar untuk "Kitab “Imta’ Ulin-Nazhar”: Jejak Ulama Nusantara di Mekkah Abad ke-14 "
Posting Komentar