Memahami Definisi Hadits

 

Haidar - Dalam percakapan sehari-hari, seringkali kita mendengar lafadz hadis digunakan untuk merujuk pada segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang tak jarang juga disebut dengan istilah sunnah. Namun, dalam berbagai literatur kajian hadis, baik yang membahas sejarah, tokoh, keilmuan, maupun hadis itu sendiri, penyebutan kata "Hadis" seringkali hanya muncul di awal pembahasan. Selanjutnya, penulis (muallif) cenderung menggunakan istilah lain seperti Sunnah dan Khabar.

Penggunaan Istilah Hadis, Sunnah, dan Khabar dalam Literatur Hadis

Fenomena ini dapat kita lihat dalam kitab "al-Hadits wa al-Muhadditsun" karya Abu Zahwu. Meskipun judul kitabnya menggunakan kata "Hadis," sepanjang pembahasannya, Abu Zahwu lebih sering menggunakan istilah "sunnah" untuk merujuk pada segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi. Inilah yang mungkin menjadi latar belakang utama mengapa pembahasan mengenai definisi hadis menjadi topik wajib dalam literatur studi hadis.

Definisi Hadis Secara Bahasa dan Istilah

Makna Hadis Secara Bahasa

Kata Hadits (حديث dalam teks Arab) secara bahasa memiliki arti baru. Bentuk jamaknya adalah Ahadits (أحاديث). Menurut Abdul Majid, dalam tinjauan bahasa, kata "Hadis" memiliki beberapa makna, di antaranya:

  • Baru (al-jiddah)
  • Lemah lembut (ath-thariy)
  • Berita, pembicaraan, atau perkataan (al-khabr wa al-kalaam)

Pemahaman ini relevan karena setiap hadis pada dasarnya melibatkan penyampaian berita dari satu orang ke orang lain.

Definisi Hadis Menurut Istilah Ulama

Para ulama memiliki perbedaan pendapat mengenai definisi hadis secara istilah. Berikut beberapa pandangan:

Pandangan Lukman Hakim al-Azhariy

Dalam kitab "Imdad al-Mughits bi tashili ‘ulum al-Hadits" halaman 16, Lukman Hakim al-Azhariy mendefinisikan hadis sebagai:

ما أضيف إلى النبي صلى الله عليه وسلم قولا أو فعلا أو صفات أو >وسمي بذالك مقابلة للقرأن فإنه قديم

"Segala sesuatu yang disandarkan pada Nabi Muhammad SAW, baik berupa ucapan, perbuatan, sifat, maupun ketetapan. Penamaan ini sebagai perbandingan dengan Al-Quran yang qodim (dahulu)."

Pandangan Imam Ibnu Sholah

Dalam kitab "Muqoddimah Ibnu Sholah" halaman 9, Imam Ibnu Sholah menyatakan:

ومن العلماء من يزيد تعريف الحديث: وأقوال الصحابة والتابعين وأفعالهم وهو اصطلاح أخر. و يشهد له صنيع كثير من المحدثين فى كتبهم حيث لا يقتصرون على المرفوع إلى النبي صلى الله عليه وسلم وإنما يذكرون الموقوف والمقطوع.

"Sebagian ulama menambahkan definisi hadis mencakup perkataan dan perbuatan sahabat serta tabi’in. Ini adalah istilah lain. Banyak ahli hadis dalam kitab mereka tidak hanya terbatas pada hadis marfu’ yang disandarkan kepada Nabi SAW, tetapi juga menyebutkan hadis mauquf dan maqtu’."

Pandangan Syekh Mahfudz at-Tirmisy

Dalam kitab "Manhaj Dzawi al-Nadzr" halaman 8, Syekh Mahfudz at-Tirmisy menjelaskan:

إن الحديث لا يختص بالمرفوع إليه صلى الله عليه وسلم بل جاء بالموقوف وهو ما أضيف إلى الصحابي والمقطوع وهو ما أضيف إلى التابعي

"Sesungguhnya hadis tidak hanya dikhususkan pada hadis marfu’ yang disandarkan kepada Nabi SAW, melainkan juga mencakup hadis mauquf yang disandarkan kepada sahabat dan hadis maqtu’ yang disandarkan kepada tabi’in."

Kesimpulan: Persamaan dan Perbedaan Definisi Hadis

Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat titik persamaan dan perbedaan di antara para ulama. Kesepakatan umum adalah bahwa hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada seseorang dan menjadi objek kajian dalam ilmu hadis.

Perbedaan pendapat terletak pada siapa orang yang dimaksud. Sebagian ulama berpendapat bahwa hadis secara khusus merujuk pada apa yang disandarkan kepada Nabi SAW, sementara ulama lain memiliki pandangan yang lebih luas, mencakup segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi, sahabat, maupun tabi'in.

Oleh karena itu, fokus utama dalam ilmu hadis adalah memastikan kebenaran, kualitas, dan pertanggungjawaban dari apa yang disandarkan tersebut.

Posting Komentar untuk "Memahami Definisi Hadits"