Apakah Islam Mengakui Keberadaan Cinta?

 

Haidar - Islam mengakui cinta sebagai bagian integral dari fitrah manusia. Cinta bukan hanya perasaan, tetapi juga merupakan ujian, motivasi, dan landasan dalam berinteraksi dengan sesama makhluk dan Pencipta. Dalam Al-Qur'an, Allah menegaskan bahwa cinta adalah bagian dari fitrah-Nya yang tidak dapat diubah.

"Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah."
— QS. Ar-Rum: 30

Berdasarkan pemahaman ini, para ulama, seperti Abdullah Nasih Ulwan, membagi cinta dalam Islam menjadi tiga tingkatan utama:

1. Cinta Tingkat Tertinggi: Cinta kepada Allah, Rasul-Nya, dan Jihad di Jalan-Nya

Cinta ini merupakan prioritas utama dalam Islam. Allah berfirman:

"Katakanlah, 'Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.'"
— QS. At-Taubah: 24

Cinta ini menuntut pengorbanan dan kesetiaan yang tak tergoyahkan kepada Allah dan ajaran-Nya.

2. Cinta Tingkat Menengah: Cinta kepada Keluarga dan Sesama

Cinta ini mencakup kasih sayang kepada orang tua, pasangan, anak-anak, dan kerabat. Islam mengajarkan bahwa mencintai keluarga adalah bagian dari iman, asalkan tidak mengalahkan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebagai contoh, dalam QS. Ar-Rum: 21, Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan pasangan hidup untuk manusia agar mereka merasa tentram dan dijadikan-Nya di antara mereka rasa kasih dan sayang.

3. Cinta Tingkat Rendah: Cinta yang Mengutamakan Duniawi

Cinta ini berfokus pada harta, tahta, dan kenikmatan dunia lainnya. Islam mengingatkan agar cinta terhadap dunia tidak mengalahkan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Cinta jenis ini dapat menjerumuskan seseorang ke dalam kesesatan jika tidak dikendalikan dengan iman dan takwa.

Hikmah di Balik Cinta dalam Islam

Cinta dalam Islam bukan sekadar perasaan, tetapi juga merupakan ujian dan sarana untuk mencapai kedekatan dengan Allah. Beberapa hikmah cinta dalam Islam antara lain:

  1. Ujian dalam Kehidupan
    Cinta menjadi ujian bagi setiap individu. Apakah cinta tersebut membawa kepada kebaikan atau justru keburukan? Apakah seseorang mampu mengendalikan dirinya dalam mencintai? Semua ini merupakan bagian dari ujian hidup.

  2. Motivasi untuk Berbuat Baik
    Cinta mendorong seseorang untuk berbuat baik, baik kepada Allah, Rasul-Nya, maupun sesama makhluk. Cinta yang tulus akan mengarah pada amal saleh dan kebaikan.

  3. Landasan dalam Berinteraksi
    Cinta menjadi dasar dalam berinteraksi dengan sesama. Islam mengajarkan untuk mencintai sesama manusia, terutama sesama Muslim, sebagai bagian dari iman. Rasulullah SAW bersabda:

    "Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri."
    — HR. Bukhari dan Muslim

  4. Membangun Kehidupan yang Harmonis
    Cinta yang didasarkan pada iman akan menciptakan kehidupan yang harmonis, penuh kasih sayang, dan saling menghormati. Ini akan membentuk masyarakat yang sejahtera dan damai.

Kesimpulan

Islam mengakui cinta sebagai bagian dari fitrah manusia. Namun, Islam juga mengajarkan agar cinta tersebut ditempatkan pada posisi yang benar, yaitu mengutamakan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya di atas segalanya. Dengan demikian, cinta dalam Islam menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan menciptakan kehidupan yang penuh berkah.

Posting Komentar untuk "Apakah Islam Mengakui Keberadaan Cinta?"