Riwayat Singkat KH. Noer Alie: Ulama Pejuang dari Bekasi yang Jadi Pahlawan Nasional
Haidar - Ada satu ungkapan populer di kalangan masyarakat Bekasi: "Bukan orang Bekasi namanya kalau tidak kenal KH. Noer Alie." Kalimat itu mencerminkan betapa besar peran dan pengaruh KH. Noer Alie sebagai tokoh agama, pendidik, sekaligus pejuang kemerdekaan.
Beliau adalah ikon kebanggaan masyarakat Bekasi, khususnya di wilayah front perjuangan Karawang–Bekasiselama masa revolusi fisik kemerdekaan.
Kecintaan pada Ilmu dan Inspirasi Chairil Anwar
KH. Noer Alie dikenal sebagai sosok yang cerdas, berani, dan sangat peduli terhadap pendidikan. Kepahlawanannya bahkan menginspirasi penyair legendaris Chairil Anwar dalam puisinya yang terkenal, "Karawang-Bekasi."
Lahir di Ujung Malang, Kini Ujung Harapan Bahagia
KH. Noer Alie lahir tahun 1914 sebagai anak keempat dari sepuluh bersaudara pasangan H. Anwar bin H. Layu dan Hj. Maimunah binti Tarbin. Beliau lahir di Desa Ujung Malang, Onderdistrik Babelan, Distrik Bekasi, yang saat ini dikenal sebagai Ujung Harapan Bahagia.
Nama desa ini diubah atas usulan H. Adam Malik, Menteri Luar Negeri (1966–1977), ketika berkunjung ke Pondok Pesantren Attaqwa, yang didirikan langsung oleh KH. Noer Alie.
Masa Kecil: Tanda Kepemimpinan Sejak Dini
Sejak kecil, Noer Alie sudah menunjukkan tanda-tanda kepemimpinan. Ia tidak suka berada di belakang, selalu ingin menjadi yang terdepan. Dalam berbagai permainan anak-anak seperti cor, bengkat, peletokan, dan perang-perangan, ia sering keluar sebagai pemenang.
Di usia 3 tahun, Noer Alie sudah mampu berbicara, mengenal huruf, angka, serta menghafal kata-kata dalam bahasa Arab dan Melayu. Semangat belajarnya sejak kecil menjadi fondasi kuat dalam perjalanan hidupnya.
Menuntut Ilmu di Dalam dan Luar Negeri
Tahun 1930-an, Noer Alie menempuh pendidikan lanjutan di pesantren asuhan Guru Marzuki di Cipinang Muara, Klender, setingkat aliyah. Ia mempelajari ilmu Tauhid, Tajwid, Nahwu, Sharaf, dan Fiqih.
Pada tahun 1934, ia berangkat ke Makkah bersama sahabatnya, Hasbullah. Di sana, ia belajar kepada Syeikh Alie al-Maliki (ahli Hadis ternama), serta kepada para ulama seperti:
Syeikh Umar Hamdan
Syeikh Ahmad Fatani
Syeikh Ibnul Arabi
Syeikh Muhammad Amin al-Quthbi
Syeikh Achyadi
Syeikh Abdul Jalil
Syeikh Umar at-Turki
Aktif dalam Organisasi Pelajar dan Nasionalis Muda
Selama di Makkah, KH. Noer Alie aktif dalam berbagai organisasi pelajar Indonesia:
PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia)
Pertindo (Persatuan Thalabah Indonesia)
Perindom (Perhimpunan Pelajar Indonesia-Malaya)
Ia juga berdialog dengan pelajar Jepang seperti Muhammad Abdul Muniam Inada, menunjukkan kepeduliannya terhadap nasib bangsa meski jauh dari tanah air.
Kembali ke Tanah Air dan Mendirikan Pesantren Attaqwa
Tahun 1940, KH. Noer Alie kembali ke tanah air atas panggilan orang tuanya. Ia menikah dengan Siti Rahmah binti Guru Mughni, lalu mendirikan madrasah yang dalam waktu dua tahun muridnya mencapai 250 orang.
Melihat antusiasme yang tinggi dari para murid, terutama dari luar daerah seperti Karawang dan Jakarta, KH. Noer Alie mendirikan Pondok Pesantren Attaqwa di Ujung Malang, yang kelak menjadi pusat pendidikan dan perjuangan umat Islam Bekasi.
Penetapan Sebagai Pahlawan Nasional
Atas perjuangan dan dedikasinya terhadap agama, pendidikan, dan kemerdekaan, KH. Noer Alie ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Republik Indonesia. Ia dikenang bukan hanya sebagai ulama dan pendidik, tetapi juga tokoh perjuangan Islam Nusantara yang mengakar kuat di Bekasi dan sekitarnya.
Kesimpulan
KH. Noer Alie adalah sosok ulama inspiratif yang menggabungkan antara keulamaan, kepahlawanan, dan semangat kebangsaan. Semangat juang, kecintaan terhadap ilmu, dan dedikasinya membentuk generasi baru di Bekasi menjadi warisan yang patut diteladani.
Posting Komentar untuk "Riwayat Singkat KH. Noer Alie: Ulama Pejuang dari Bekasi yang Jadi Pahlawan Nasional"
Posting Komentar